Jabon, 1
Hektar Milliaran Rupiah dalam 5 Tahun?
OPINI | 19 January
2012 | 09:43
Tulisan ini
merupakan sambungan dari tulisan sebelumnya yang mengupas tentang masalah
peluang berbisnis kayu Jabon dan sengon.
sebagai manusia, kita selalu diwajibkan untuk berusaha dan berdoa dalam upaya
mendapatkan rezeki dari Tuhan. Kedua hal tersebut harus berjalan beriringan,
guna menghindarkan manusia dari sifat serakah yang pada nantinya akan
menghilangkan akal sehat manusia dalam perhitungan meraih rejekinya.
Seperti
dalam perhitungan bisnis kayu Jabon dan sengon ini.
Ada sebagian kalangan yang memiliki ambisi demikian besar dalam meraup
keuntungan. Akibatnya mereka melakukan berbagai macam cara guna meraih laba
sebanyak mungkin. Seperti memberikan perhitungan keuntungan di luar kewajaran
kepada calon investor kayu Jabon.
Hal ini
dilakukan oleh sebagian pedagang bibit kayu
jabon nakal, yang mencoba memberikan mimpi kepada pembelinya.
Salah satunya dengan menyampaikan gambaran keuntungan mencapai angka milyaran
rupiah dari bisnis kayu
jabon ini. bagi mereka yang serakah, adanya gambaran keuntungan
ini tentu akan disikapi dengan sikap irasional. Namun, bagi mereka yang
melibatkan Tuhan dalam proses pencarian rejeki, tentu akan menyikapi kondisi
ini dengan sabar dan mengedepankan rasio akal sehat.
Bagi mereka
yang mengedapankan kerakusan dalam berbisnis kayu Jabonataupunsengon,
asumsi keuntungan mencapai milyaran rupiah ini diperoleh dengan cara yang tidak
sehat. Seperti dengan menyarankan pengurangan jarak kerapatan antar pohon
hingga mencapai 1×1 m. Bahkan, ada sekelompok pihak yang menyatakan semakin
rapat jarak antar pohon, maka keuntungan yang bisa didapatkan dari kayu Jabonper
hektar mencapai angka 1 milyar rupiah.
perjalanan kayu jabon
Namun
sesungguhnya, asumsi seperti ini adalah sebuah penyesatan. Sebab, semakin rapat
jarak antar pohon akan meningkatkan resiko tanaman Jabon terkena
hama dan serangan penyakit. Selain itu, kualitas pohon pun tidak akan sesehat
jika kerapatan pohon berjarak minimal 3×2 m. Bahkan, jika lahan yang tersedia
lebih luas, kerapatan pohon akan lebih baik jika berukuran 4 x 4 m.
Selain bisa
meminimalisir serangan hama, jarak pohon yang tidak terlalu rapat tersebut bisa
menghemat biaya biaya bibit, biaya lubang tanam, pupuk dan biaya operasional
lainnya.
Di sisi lain,
untuk mendapatkan keuntungan optimal dari penanaman kayu Jabonbukan
sekedar ditentukan jumlah pohon yang ditanam per hektarnya. Sebab, dengan
kerapatan yang lebih jarang, 1000 pohon bisa menghasilkan jumlah kayu sebanyak
5000 pohon. Hal ini disebabkan, pada lahan yang ditanami 1000 pohon, kondisinya
jauh lebih sehat dan berkualitas daripada lahan yang ditanami 5000 pohon.
Dampaknya
bisa dilihat pada nilai jual kayu. Pada lahan yang ditanami 1000 pohon, bisa
menghasilkan kayu berdiameter 30-50 cm yang dikategorikan sebagai super log.
Nilai jual kayu berukuran ini mencapai 1 juta per meter kubik. Sementara pada
lahan yang ditanami 5000 pohon per hektar, kayu yang bisa dihasilkan maksimal
hanya berukuran maksimal 20 cm. Itu pun biasanya hanya sekitar 40-50 persen
dari keseluruhan pohon yang ditanam. Selebihnya, memiliki ukuran di bawah 20
cm. Harga untuk pohon berukuran 20 cm, tidak lebih dari 400 ribu per meter
kubik. Dari perhitungan ini, bisa diperkirakan berapa nilai yang bisa
didapatkan dari kedua metode penanaman tersebut mana yang lebih menguntungkan.
Oleh karena
itu, disarankan kepada para petani Jabon untuk
lebih bisa berpikir cerdas dalam proses mencari rejeki melalui penanaman Jabon
ini. keuntungan besar bukan sekedar ditentukan dari berapa banyak bibit yang
ditanam. Melainkan cara penanaman pun akan mempengaruhi besarnya pendapatan
yang bisa diperoleh pada saat panen. Dan berdasar perhitungan secara ilmiah
yang sudah dibuktikan di lapangan, nilai keuntungan yang bisa dihasilkan
dari menanam Jabon per
hektar berkisar 250-300 juta. Angka ini diasumsikan bahwa jumlah bibit yang
ditanam adalah 1000 pohon. Sehingga apabila ada pedagang bibit Jabon yang
menyarankan untuk memperpendek jarak penanaman antar pohon guna mendapatkan
keuntungan hingga 800 juta dari satu hektar lahan, tentu hal tersebut merupakan
sebuah penyesatan yang tidak perlu dipercayai